manadoterkini.com, MANADO – Slogan Manado Maju dan Sejahtera Wali Kota Andre Angouw dan Wawali Richard Sualang, ternyata masih jauh dari harapan. Terbukti dengan naiknya kasus stunting di Ibukota Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) menjadi kado spesial tiga tahun kepemimpinan AARS.
Hal ini tentunya menjadi tamparan keras bagi Pemkot Manado, mengingat kota jasa dengan putaran ekonomi yang terbilang tinggi, ternyata masih terjadi ketimpangan.
Dari data yang ada Manado masuk deretan daerah pengoleksi kasus tertinggi. Ini jelas sangat memalukan, karena tidak senergi dengan jargon AARS yakni Manado Maju dan Sejahtera.
Tercatat, ada 8 daerah yang mengalami kenaikan prevalensi stunting di tahun lalu. Bahkan rata-rata target yang ditetapkan di tahun ini, tidak tercapai.
Diketahui dari data yang dibeber BKKBN Provinsi Sulut, 8 daerah yang mengalami kenaikan angka stunting dua tahun belakangan. Yakni dari tahun 2022 ke tahun 2023. Kabupaten Sitaro sekira 10,5 persen, Minsel 7,2 persen, Minahasa sekira 6,6 persen, Bolmut sekira 5,9 persen, Bolmong sekira 5,8 persen, Bolsel sekira 5,1 persen, Kota Manado sekira 3,4 persen dan Sangihe 0,5 persen.
“Berdasarkan capaian SKI tahun 2023, terdapat 8 kabupaten/kota dengan prevalensi stunting mengalami kenaikan. Kabupaten Bolsel menjadi Kabupaten dengan prevalensi stunting tertinggi di Sulut, yakni sekira 33,33 persen,” kata Kepala Perwakilan BKKBN Sulut Tino Tandaju, yang disampaikan langsung dalam kegiatan penilaian kinerja tahun 2024 terhadap hasil kinerja 8 aksi konvergensi percepatan penurunan stunting tahun 2023 di Sulut, Selasa (28/5) di The Sentral Hotel.
Sedangkan 4 daerah mengalami penurunan angka stunting, pun tidak capai target. Yakni kabupaten Talaud penurunan sekira 6,7 persen, Kota Bitung penurunan sekira 4 persen, Kotamobagu penurunan sekira 2,4 persen dan Boltim penurunan sekira 1,6 persen. Khusus untuk kabupaten Mitra, mengalami penurunan dan melampaui target dari 26,5 persen menjadi 15 persen, dengan angka penurunan sekira 11,5 persen.
“Yaitu empat daerah. Minahasa Tenggara menjadi kabupaten dengan penurunan prevalensi stunting terbesar, yakni 11,5 persen. Dari 26,5 persen di tahun 2022, Minahasa Tenggara turun menjadi 15 persen di tahun 2023,” terangnya sembari mengapresiasi Tomohon dan Minut yang angka prevalensi stunting dibawah 14 persen.
Dimana dua daerah ini, yakni Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Utara (Minut), angkanya melampaui target nasional, berada di bawah 14 persen.
Bahkan Bumi Tumatenden, mengalami penurunan stunting signifikan, yakni 9,6 persen dari tahun sebelumnya, dimana kini di angka 10,9 persen. Sedangkan Tomohon ada di angka 10,5 persen
“Kota Tomohon menjadi satu-satunya dengan konsistensi penurunan prevalensi stunting dibawah 14 persen. Karena dari 14 persen, 13,7 tahun 2022 menjadi 10,5 persen tahun 2023.
Minahasa Utara juga patut mendapatkan apresiasi, karena menjadi salah satu kabupaten dengan capaian prevalensi stunting tahun 2023, 10,9 persen atau dibawah target nasional 14 persen,” tegasnya.
Sementara itu, Wagub Steven Kandouw menegaskan hal ini menjadi masukkan yang membangun.
“8 daerah mengalami kenaikan. Jadi ini masukkan, karena ini berhubungan dengan anak-anak kita. Jadi manis jangan gampang ditelan, pahit jangan gampang ditolak. Berarti masih ada celah-celah yang perlu kita upayakan lagi, konsolidasi lagi,” tegasnya sembari mengapresiasi Tomohon dan Minut yang angka prevalensi stunting sekira 10 persen.
“Kota Tomohon dan Kabupaten Minut, lebih susah mempertahankan dari pada merebut. Sebab tahun lalu, hampir semua (daerah) progresnya bagus-bagus. Bahkan Bolmut itu juara 1 Nasional, sekarang mengalami kenaikan. Mungkin kita sedikit terlena, maka jadi seperti itu,” ungkapnya.
Untuk itu, Wagub Kandouw berharap ada ikhtiar dan upaya serta konsolidasi terkait stunting di bumi nyiur melambai.
“Mudah-mudahan hari ini (kemarin) jadi momentum kita untuk konsolidasi. Mungkin kalau dari pemerintah sudah gencar, maka para ibu-ibu PKK harus juga kebut. Supaya lebih turun-turun lagi ke desa-desa,” tegasnya lagi.(*/red)