manadoterkini.com, SULUT – Tingginya angka stunting disejumlah daerah di Sulawesi Utara, menjadi perhatian pengamat politik dan pemerintahan Bung Taufik Tumbelaka.
Kepada manadoterkini.com, Kamis (6/6/2024), Taufik menuturkan dalam 5-6 minggu terakhir terus mencermati masalah kesehatan dalam hal ini stunting.
Untuk itu, alumni UGM ini meminta keseriusan pemerintah daerah dalam hal ini masalah stunting atau gangguan pertumbuhan pada anak.
“Secara nasional stunting menjadi kewenangan Kementerian Kesehatan. Pun demikian di daerah menjadi ranahnya Dinkes Provinsi dalam hal ini Bidang kesehatan masyarakat. Makanya kalau daerah-daerah bermasalah harus dilaporkan ke atas apa yang menjadi kendala,” ujar Bung Taufik.
Taufik kemudian menegaskan penanganan stunting menjadi wajah keberhasilan pembangunan daerah.
“Percuma dengan jalan mulus dan pembangunan gedung yang megah, kemudian ada persoalan stunting. Karena stunting ini harus menjadi perhatian ekstra,” tegas Tumbelaka.
Terkait hal ini, Taufik meminta Komisi IV DPRD Sulut memanggil Dinkes Sulut lebih khusus Bidang Kemas.
“Jika dicermati dari variabel organisasi dan manajemen (O&M) terkait masalah stunting. patut dipertanyakan kinerja dinas kesehatan provinsi dikarenakan di sana ada bidang kesmas,” katanya.
Ia mencontohkan beberapa daerah yang berhasil menurunkan prevalansi stunting.
“Kabupaten Minahasa Utara dan Minahasa Tenggara bisa dijadikan contoh. Pemerintah daerahnya berhasil menurunkan stunting, patut diapresiasi,” jelas Tumbelaka.
Diketahui, berdasarkan survei status gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka prevalensi stunting Sulut sebesar 20,5 persen.
Angka nasional prevalensi stunting tahun 2023 berdasarkan hasil SKI sebesar 21,5 persen, turun 0,1 persen jika dibandingkan tahun 2022 sebesar 21,6 persen.
Perbandingan capaian stunting Provinsi Sulawsi Utara Tahun 2022 berdasarkan Surat Satuan Gizi Indonesia (SSGI) bahwa Sulut berada di angka capaian 20,15% dari target 18,47%.
Kondisi tersebut mempengaruhi atau capaian SSGI Tahun 2022 Provinsi Sulawesi Utara sebesar 20,5% atau minus 2,03% dari target sebesar 18,4%.
Prevalensi stunting di sejumlah kabupaten/kota di Sulawesi Utara mengalami peningkatan yang signifikan di 2023.
Data terbaru dari BKKBN Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan bahwa target penurunan stunting yang telah ditetapkan untuk 2023 belum berhasil dicapai di banyak daerah.
Daerah dengan Peningkatan Prevalensi Stunting:
Beberapa Kabupaten/Kota berhasil menurunkan prevalensi stunting, yaitu:
– Bitung: turun dari 23,5% pada tahun 2022 menjadi 19,5% pada tahun 2023.
– Tomohon: turun dari 13,7% menjadi 10,5%.
– Minahasa Tenggara: turun dari 26,5% menjadi 15%.
– Talaud: turun dari 26% menjadi 19,3%.
– Minahasa Utara: turun dari 20,5% menjadi 10,9%.
– Kotamobagu: turun dari 22,9% menjadi 20,5%.
Apa itu Stunting?
Stunting adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya tinggi badan anak apabila dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
Sederhananya, stunting merupakan sebutan bagi gangguan pertumbuhan pada anak. Penyebab utama dari stunting adalah kurangnya asupan nutrisi selama masa pertumbuhan anak.
(***/malz)