manadoterkini.com, SULUT – Perkawinan dini menjadi salah satu pemicu stunting. Wakil Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Steven Kandouw pun menakuti kalau kawin muda itu menjadi culture di Bumi Nyiur Melambai. Sebab, kalau sudah jadi culture tak bisa diubah.
Kata wagub, dengan perkawinan dini akan muncul beberapa masalah ‘menghasilkan’ stunting.
“Pertama secara genetik berpotensi. Kedua kemapanan ekonomi, anaknya akan tabiar (tidak terurus). Potensi perceraian tinggi. Makanya kawin muda di bawah 18 tahun itu jangan sampai,” tegas Wagub Kandouw saat membuka Penilaian Kinerja Tahun 2022 terhadap pelaksanaan delapan aksi konvergensi 4 kabupaten lokus Konvergensi Penurunan Stunting, Kamis (2/6/2022) di Hotel Aryaduta Manado.
Lebih jauh dikatakan Wagub Kandouw untuk penurunan stunting di Sulut yang harus diperhatikan adalah masalah data. Olehnya, data bayi itu diperlukan koordinasi yang baik antara pemerintah provinsi dengan kabupaten/kota.
Kedua, menurut dia, yang perlu dikonvergensi, penetrasi, tindakan yang dilakukan secara terintegrasi.
“Saya lihat masalah stunting mau tidak mau terintegrasi. Jadi ini bukan hanya tanggung jawab BKKBN. Ini bicara luas, bicara infrastruktur, bicara sanitasi. Makanya perlu terintegrasi,” tukasnya.
Selain itu, mantan Ketua DPRD Sulut ini membeber penanganan stunting diperlukan pendanaan.
“Terakhir bukan hanya hati dan pikiran tapi pendanaan. Mau kerja gimana kalau tak ada pendanaan. Masalah kebersihan, masalah suplemen harus dirancang semuanya. Infrastruktur juga penting. Semuanya itu perlu dana. Jadi, bicara ini harus ada dukungan pendanaan,” pungkas wagub. (*/icad)