manadoterkini.com, AMURANG – Setelah Tomohon, Langowan, Bitung dan Airmadidi, kini Kampanye kebanggaan Yaki mulai digaungkan di kabupaten Minahasa Selatan (Minsel). Hal ini diawali dengan pertemuan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga(Dikpora) Minsel Ollyvia Lumi SSTP MSi yang memberikan rekomendasi resmi untuk menjalankan kegiatan sosialisasi ke sekolah-sekolah yang ada di Minsel, terlebih khusus di tingkat SMA dan SMK.
Program selamatkan Yaki adalah sebuah program penelitian, konservasi dan pendidikan yang difokuskan pada pelestarian satwa liar Macaca nigra atau Yaki berbulu hitam legam, memiliki jambul dan pantat kemerahan berbentuk buah hati yang lebih dikenal di Minsel dengan nama wolay.
“Sosialisasi sangat diperlukan di Minsel dikarenakan Minsel memiliki kawasan hutan yang menjadi habitat alami Yaki, yaitu Suaka Marga Satwa Manembo-nembo, gunung Lolombulan, pegunungan Sinonsayang dan yang tidak kalah penting Hutan Lindung Gunung Ambang,” ujar Yunita Siwi yang didampingi Prisillia Loijens dari yayasan selamatkan Yaki Indonesia.
Populasi Macaca nigra atau Yaki pantat merah saat ini sangat terancam punah, karena dalam 40 tahun terakhir ini populasi Yaki telah menurun 80 persen, hal ini dikarenakan perburuan liar dan hilangnya habitat akibat pemotongan pohon dan pembakaran hutan untuk pembukaan lahan baru.
“Yaki merupakan satwa liar yang secara alami hanya ditemukan di Sulawesi Utara, membuat Yaki menjadi salah satu satwa liar endemik,” ujar Siwi.
Lanjut Dia, Yaki juga merupakan satwa yang dilindungi oleh Undang Undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam (SDA) dan Ekosistemnya yang saat ini tengah menjalani proses revisi untuk menyesuaikan hukuman pidana dan denda. Sebelumnya, kegiatan berburu, memelihara dan memperjual-belikan Yaki diberikan hukuman denda sebesar Rp 100.000.000 dan hukuman penjara selama 5 tahun.
Kampanye Kebangaan Yaki merupakan kegiatan baru di Minsel dan dengan adanya rekomendasi langsung dari Dikpora diharapkan melakukan kegiatan sosialisasi di sekolah-sekolah dan rangkaian kegiatan kampanye lainnya dapat mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat dan instansi lainnya.
“Semoga kampanye ini dapat menjadi batu loncatan untuk pelestarian satwa liar di Sulawesi Utara (Sulut) terlebih khusus di Minsel pada umumnya. Jika tidak dimulai dari sekarang, dikhawatirkan satwa liar unik yang hanya dapat ditemukan di Sulut akan mengalami kepunahan,” tandasnya.(dav)